Jumat, 07 September 2012

Persiapan Mental Bagi Sang Calon Ayah dan Ibu

Persiapan mental bagi pasangan suami istri baru yang ingin memiliki buah hati juga menjadi persiapan yang tidak kalah pentingnya dengan persiapan lain. Anda harus menyiapkan mental anda bahwa kehamilan merupakan suatu proses yang memeras suatu emosi antara kedua orang tua dan calon bayi. Selama sembilan bulan masa kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga pada sang ayah. Berikut ini beberapa gambaran tentang perubahan-perubahan tersebut, agar anda sebagai pasangan suami istri dapat mengantisipasi perubahan tersebut dan mempersiapkan diri anda dengan baik.

Dibandingkan dengan pria, wanita cenderung lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi yang dihadapinya. Pada saat hamil terjadi perubahan yang besar pada seorang wanita, di mana apabila wanita tersebut tidak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan ini, maka wanita tersebut dapat menjadi stress. Padahal, kondisi kesehatan fisik maupun mental sang ibu sangat berkaitan erat dengan perkembangan janin yang sedang dikandungnya.

Harus kita sadari bahwa setiap wanita memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda-beda tentang kehamilan. Bahkan seorang perempuan yang sama pun memiliki kondisi psikologis dan fisik yang berbeda antara kehamilan yang pertama maupun yang berikutnya. Kebanyakan wanita mungkin akan menyambut kehamilannya dengan gembira, namun ada juga yang menyambutnya dengan dipenuhi rasa cemas, khawatir, takut bahkan sedih. Semua perasaan-perasaan negatif yang tidak mengenakkan. Kadang-kadang perasaan seperti ini timbul bukan karena dia tidak menginginkan bayinya, tetapi bisa juga disebabkan karena perubahan fisik yang mempengaruhi perubahan emosinya. Atau kadang kala disebabkan karena memikirkan apa yang belum terjadi, misalnya takut akan proses melahirkan yang dianggapnya sebagai ancaman maut yang membahayakan dirinya, khawatir akan kondisi bayinya, memikirkan biaya melahirkan, khawatir akan perubahan bentuk tubuhnya. Bahkan ada pula yang dihantui rasa kecemasan dan ketegangan yang berlebihan saat menjaga kehamilannya karena takut keguguran, serta pikiran-pikiran negatif lainnya yang membuat kondisi emosionalnya semakin memburuk.

Dalam kasus tertentu, perasaan negatif ini muncul karena si wanita memang tidak mengharapkan kehamilannya. Begitu mengetahui dirinya hamil, dia akan merasa syok dan berusaha menyangkal kehamilannya. dalam kondisi seperti ini seringkali para wanita mengambil jalan pintas yang sangat tidak berkeperimanusiaan, yaitu menggugurkan kandungannya.

Ternyata perubaham psikologis seperti ini tidak hanya dialami oleh sang ibu yang sedang mengandung janin tersebut, sang ayah juga kadang kala mengalami hal yang nyata ketika mengetahui dirinya akan menjadi ayah. Kondisi psikologis yang bercampur aduk antara kebanggaan bahwa dirinya akan menjadi ayah dan kekhawatiran akan kemampuannya untuk bertanggung jawab sebagai seorang ayah. Belum lagi rasa khawatir akan kondisi calon anaknya dan istri yang dicintainya. Ini khususnya sangat terlihat pada kehamilan yang pertama. Dengan kondisi seperti ini, maka tidak heran apabila kadang kala sang ayah juga mengalami gejala fisik yang sama dengan istrinya seperti ngidam dan muntah-muntah, lemas, dan sering sakit.

Kemudian, bagaimana solusi dari semua masalah tersebut? Mudah saja! Sebetulnya sangat sederhana, usahakanlah untuk mengkondisikan batin dan pikiran anda jauh dari pikiran-pikiran buruk. Selalulah ingat bahwa segalanya dikendalikan oleh pikiran anda. Terimalah kenyataan yang ada, yang terbaik adalah selalu bersyukur atas segala hal. Di samping itu, selalu komunikasikanlah segala sesuatunya, berusahalah untuk selalu terbuka dan membicarakan perasaan masing-masing sehingga dapat mencari solusi agar kesulitan-kesulitan yang timbul dapat segera teratasi.

Akan lebih baik lagi jika anda melengkapi diri dengan berbagai informasi dari berbagai sumber, termasuk mencari tahu dari pengalaman-pengalaman teman atau orang-orang dekat dalam keluarga anda mengenai masa-masa kehamilan ini. Atau jika tidak anda dapat mengikuti kursus-kursus mengenai bagaimana cara mengatasi perubahan psikologis ini, yang sekarang ini banyak ditawarkan di rumah sakit tertentu. Dalam program ini biasanya pasangan suami istri akan dipandu untuk menghadapi proses perkembangan kehamilan, nutrisi ibu hamil, dan cara hidup sehat selama kehamilan. Jika memang memungkinkan program seperti ini akan sangat baik dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu hamil.

Kabar baiknya bagi anda adalah kondisi psikologis biasanya akan membaik memasuki periode trimester kedua kehamilan. Pada waktu itu umumnya wanita hamil sudah mulai bisa menerima kehamilannya dengan baik. Tetapi pada beberapa wanita kecemasan bisa saja masih ada ketika melihat perubahan-perubahan fisiknya, seperti perutnya yang semakin membesar, payudara juga membesar, timbul bercak-bercak hitam pada bagian perut yang semakin melebar. Kecemasan yang timbul pada masa ini lebih dikarenakan kekhawatirannya akan penampilannya kelak. Kecemasan seperti ini jika dibiarkan berlebihan dapat mengganggu proses kehamilan.

Jika anda termasuk dari sebagian wanita yang mengalami kecemasan seperti ini, sebaiknya mulailah buang kecemasan anda akan hal ini. Kehamilan itu merupakan proses alamiah bagi seorang wanita, sehingga sangat memungkinkan bagi mereka yang sedang hamil kemudian melahirkan untuk mengembalikan posisi tubuh mereka ke bentuk semula. Jadi, jangan pernah merasa cemas akan kondisi fisik anda setelah melahirkan, cukup berikan sedikit perawatan yang benar setelah melahirkan juga sudah dapat mengembalikan tubuh ke kondisi semula.

Pada periode ini, dukungan suami kepada istri akan sangat dibutuhkan. Para suami dianjurkan untuk memberikan dukungan moril kepada sang istri. Ada baiknya untuk terus mengikuti kursus program orang tua, di mana hal ini selain untuk selalu mendapatkan dukungan moril dari pihak lain, juga dapat membantu kedua orang tua dalam mempersiapkan diri untuk program ASI eksklusif dan juga mengikuti senam hamil. Tetapi sebelumnya jangan lupa mengkonsultasikannya kepada dokter anda, apakah kondisi anda sudah memungkinkan untuk melakukan aktivitas tersebut atau belum. Ingat, tidak semua kondisi kehamilan memungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Memasuki trimester ketiga pada sebagian wanita ada yang mengalami tekanan emosi berupa kegelisahan dan kekhawatiran. Ini sering kali disebabkan oleh perasaan cemas dan khawatir menghadapi proses melahirkan. Kadang kala perasaan ibu bercampur dengan kesenangan ingin segera melihat bayinya. Kecemasan-kecemasan dalam menghadapi dan membayangkan proses persalinan muncul kembali. Dalam benaknya muncul pertanyaan-pertanyaan apakah dia bisa melahirkan secara normal, bagaimana caranya mengejan, kapan harus mengejan, bagaimana jika terjadi sesuatu saat proses melahirkan, apakah bayinya akan normal, dan sebagainya.

Dukungan suami dalam membantu ibu melewati kehamilan dan persalinan akan sangat berarti. Usahakanlah untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada istri anda, sehingga mentalnya cukup kuat dalam menghadapi proses persalinan. Membantu istri dalam menyiapkan kebutuhan bayi, dan memperhatikan secara detail kebutuhan sang istri akan menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa aman pada diri sang istri. Akan lebih baik lagi jika lingkungan keluarga dan teman-teman dekat juga memberikan dukungan yang positif.

Demikian tips mengenai persiapan mental yang dapat saya bagikan. Semoga dapat bermanfaat dan sampai jumpa di tips berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar